TAPANULIPOST.com – Pada tanggal 8 Maret 2023, insiden penipuan terjadi di Malaysia dan menimbulkan kekhawatiran bagi pengguna layanan perbankan digital.

Seorang pengusaha di Sarawak, Malaysia, mengaku menerima telepon selama 14 detik dari seseorang yang mengaku dari kurir Pos Laju.

Penipu tersebut meminta pengusaha untuk memberikan One Time Password (OTP). Meskipun pengusaha tidak memberikan OTP, dana dari rekeningnya dikirim dua kali sebesar 500.000 ringgit atau sekitar Rp 1,7 miliar.

Meskipun akhirnya dana yang ditransfer dikembalikan kepada pemilik rekening, kejadian ini menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak terjawab.

Beberapa pertanyaan yang belum terjawab adalah mengapa bisa terjadi transfer sebesar 500.000 ringgit dalam 1 transfer, bagaimana transaksi transfer bisa dijalankan tanpa OTP, dan dari mana penipu dapat mengetahui nomor kontak nasabah dan mengetahui nomor rekeningnya di bank.

Masyarakat khawatir atas keamanan digital banking meskipun kejadian tersebut terjadi di Malaysia dan tidak di Indonesia.

Sebagai nasabah bank, penting bagi kita untuk menjaga keamanan akun dan kredensial untuk mengakses layanan digital, terutama aplikasi finansial seperti internet banking atau mobile banking.

Pengamanan OTP yang digunakan oleh penyedia layanan finansial dapat melindungi transaksi online dengan cukup baik asalkan pengguna menjaga keamanan kredensial dan OTP mereka.

Masyarakat harusnya tidak perlu terlalu khawatir atas kasus aneh yang menimpa pengusaha Sarawak ini, meskipun kurang keterbukaan dari pihak bank menimbulkan kekhawatiran dan ketidakpercayaan atas keamanan online banking ini.

Penting untuk mengingat bahwa data adalah komoditas yang paling berharga di muka Bumi ini, dan pengolahan data adalah bisnis yang sangat menguntungkan. Oleh karena itu, sebagai nasabah bank, kita harus melindungi aset digital kita dengan baik.