TAPTENG, TAPANULIPOST.com – Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah melaksanakan upacara memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke 110 Tahun 2018 di lapangan GOR Pandan, Senin 21 Mei 2018 mulai pukul 08.00 WIB.

Upacara tersebut dipimpin oleh Wakil Bupati Tapteng Darwin Sitompul selaku Inspektur Upacara.

Upacara diikuti seluruh jajaran pegawai Pemkab Tapteng, instansi TNI dan Polri, Ormas Pemuda Pancasila, serta siswa SMP dan SMA.

Selain itu sejumlah Pejabat Forkopimda Kabupaten Tapteng juga hadir dalam upacara kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei tersebut.

[irp posts=”3812″ name=”SMKN 1 Lumut Kembali Ukir Prestasi di Tingkat Provinsi Sumatera Utara”]

Wakil Bupati Tapteng selaku Inspektur Upacara dalam amanatnya membacakan pidato sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara.

Dalam pidatonya, Rudiantara mengatakan, Bersatu, adalah kata kunci ketika kita ingin menggapai cita-cita yang sangat mulia. Namun pada saat yang sama, tantangan yang maha kuat menghadang di depan.

“Boedi Oetomo memberi contoh bagaimana berkumpul dan berorganisasi tanpa melihat asal usul primordial, yang akhirnya bisa mendorong tumbuhnya semangat nasionalisme yang menjadi bahan bakar utama kemerdekaan,” katanya.

Presiden pertama dan proklamator kemerdekaan Republik Indonesia, Soekarno, pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional Tahun 1952 mengatakan bahwa “pada hari itu kita mulai memasuki satu cara baru untuk melaksanakan satu ide, satu naluri pokok dari pada bangsa Indonesia. Naluri pokok ingin merdeka, naluri pokok ingin hidup berharkat sebagai manusia dan sebagai bangsa. Cara baru itu ialah cara mengejar sesuatu maksud dengan alat organisasi politik, cara berjuang dengan perserikatan dan perhimpunan politik, cara berjuang dengan tenaga persatuan.”

[irp posts=”3802″ name=”Korem 023/KS Laksanakan Kegiatan Pembinaan Ketahanan Pangan”]

Oleh sebab itu, sesuai tema Harkitnas ke 110 Tahun 2018 ini “membangun sumber daya manusia memperkuat pondasi kebangkitan Nasional Indonesia dalam era digital”, harus dimaknai dengan upaya-upaya penyadaran setiap masyarakat Indonesia, untuk mengembangkan diri dan merebut setiap peluang dalam meningkatkan kapasitas diri yang dibuka oleh berbagai pihak, baik oleh pemerintah, badan usaha, maupun masyarakat sendiri.

Menurutnya, Bung Karno juga menggambarkan persatuan bangsa seperti layaknya sapu lidi. Jika tidak diikat, maka lidi tersebut akan tercerai berai, tidak berguna dan mudah dipatahkan.

Tetapi jikalau lidi-lidi itu digabungkan, diikat menjadi sapu, mana ada manusia bisa mematahkan sapu lidi yang sudah terikat?

“Gambaran tersebut aktual sekali pada masa sekarang ini. Kita merasakan bahwa ada kekuatan-kekuatan yang berusaha merenggangkan ikatan sapu lidi kita.

Kita disuguhi hasutan-hasutan yang membuat kita bertikai dan tanpa sadar mengiris ikatan yang sudah puluhan tahun menyatukan segala perbedaan tersebut,” ucapnya.

[irp posts=”3792″ name=”Segera Laporkan Jika Ada PNS yang Sebar Ujaran Kebencian dan Intoleransi di Medsos”]

Rudiantara mengungkapkan, kita mencatat bahwa tak sedikit anak muda kreatif yang mampu menaklukkan gelombang digitalisasi dengan cara mencari berkah di dalamnya.

“Internet, media sosial, situs web, layanan multimedia aplikasi ponsel, mereka jadikan ladang baru buat berkarya, dan pasar yang menjanjikan bagi kreativitas.

Banyak kreator konten dan pengembang aplikasi Indonesia yang mendunia, mendapatkan apresiasi baik material maupun non-material.

Oleh sebab itu, mari bersama-sama kita jauhkan dunia digital dari anasir-anasir pemecah-belah dan konten-konten negatif, agar anak-anak kita bebas berkreasi, bersilaturahmi, berekspresi, dan mendapatkan manfaat darinya,” tandasnya. (Red)