TAPANULIPOST.com – Ketua Yayasan Ubudiyatul Hasanah, H. Kamal Lubis (67), membantah tudingan yang menyebut bahwa Ketua DPRD Tapteng Khairul Kiyedi Pasaribu memback up kasus dugaan pelecehan siswi yang terjadi di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Ubudiyatul Hasanah.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Yayasan Ubudiyatul Hasanah, H. Kamal Lubis, yang juga salah satu tokoh masyarakat di Kebun Pisang, Kecamatan Badiri, Tapteng terkait adanya pemberitaan di salah satu media online yang menyudutkan Ketua DPRD Tapteng, Khairul Kiyedi Pasaribu.

“Informasi itu tidak benar dan terkesan memfitnah Bapak Ketua DPRD Tapteng Khairul Kiyedi Pasaribu,” ujar Ketua Yayasan Ubudiyatul Hasanah, H. Kamal Lubis didampingi Sekretaris Yayasan Rizqi M Lubis, Selasa (14/06/2022).

Kamal Lubis mengungkapkan, sebelumnya dirinya mengeluh kepada Ketua DPRD Tapteng Khairul Kiyedi Pasaribu mengenai adanya oknum-oknum yang mengaku wartawan berulang kali datang mempertanyakan permasalahan yang terjadi di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Ubudiyatul Hasanah, padahal permasalahan tersebut telah diselesaikan secara kekeluargaan.

Kamal Lubis pun menceritakan bagaimana dirinya sampai mengadukan kejadian yang menimpa sekolah yang bernaung dalam Yayasan yang dipimpinnya itu kepada Ketua DPRD Tapteng, Khairul Kiyedi Pasaribu.

Awalnya adanya dugaan sikap tidak terpuji atau tidak senonoh yang diduga dilakukan oleh oknum yang menjadi salah seorang tenaga pembantu di Yayasan tersebut (bukan guru_red) kepada dua siswi di sekolah tersebut.

Menurut Kamal Lubis, setelah mengetahui kejadian tersebut, dirinya langsung memanggil pihak-pihak yang terkait dalam permasalahan tersebut dan memimpin pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 23 April 2022.

Hasil dari pertemuan tersebut, ke dua belah pihak sama-sama menyatakan sepakat untuk berdamai dan telah dituangkan dalam bentuk surat yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak.

Namun, lanjut H. Kamal Lubis, beberapa waktu kemudian permasalahan ini kembali mencuat. Anehnya, mencuatnya kembali permasalahan ini bukan dari pihak yang bermasalah, akan tetapi dari beberapa orang oknum yang mengaku wartawan mendatangi inisial SAM (pembantu Yayasan).

Oknum-oknum yang mengaku wartawan tersebut menakuti SAM agar memberikan sejumlah uang jika tidak mau mempermasalahkan kembali kasus dugaan pelecehan tersebut.

“Habis lebaran yang lalu, datang beberapa orang yang mengaku sebagai wartawan, salah satu diantaranya seorang wanita. Mereka meminta uang sebesar Rp. 3 juta, dengan alasan untuk berdamai dan tidak mempersoalkan masalah saya. Saya juga ditakut-takuti mereka, bahkan mereka juga mengancam saya akan dilaporkan ke Polda. Dengan bersusah payah dan berhutang kepada tetangga, saya hanya sanggup memberikan setengahnya, yakni sebesar Rp. 1,5 juta saja. Mereka pun akhirnya menerimanya Pak dan langsung pulang,” ungkap SAM.

SAM mengungkapkan, salah seorang oknum yang mengaku sebagai wartawan itu berinisial MT. Sementara yang menerima uang dari SAM tersebut adalah rekannya seorang wanita.

Tak sampai disitu, beberapa hari kemudian datang lagi beberapa orang oknum yang juga mengaku wartawan ke sekolah MIS Ubudiyatul Hasanah dengan marah-marah. Namun akhirnya pulang setelah salah seorang tenaga pengajar di sekolah tersebut mengatakan bahwa kepala sekolah saat itu sedang tidak berada ditempat dan diminta untuk menunggu.

Menyikapi hal tersebut, H. Kamal Lubis meminta kepada pihak sekolah untuk tetap fokus mengajar, dan juga menyampaikan agar semua persoalan yang menyangkut kejadian tersebut diarahkah langsung kepada dirinya.

“Itulah sebabnya saat oknum-oknum yang mengaku wartawan datang lagi langsung diarahkan ke rumah saya. Saat itu, oknum-oknum yang mengaku sebagai wartawan itu kembali meminta uang sebesar Rp 5 juta, dengan alasan untuk perdamaian. Dengan berharap permasalahan ini tidak berlarut-larut akhirnya saya sanggupi dengan hanya memberikan sebesar Rp. 2,5 juta saja. Karena uang itu pun merupakan uang yang saya pinjam dari anak saya Pak. Ini semua saya lakukan bukan karena saya takut, tetapi demi menjaga ketenteraman proses belajar mengajar di sekolah,” ungkap Kamal.

Dari pengakuan SAM dan juga pihak Sekolah, bahwa oknum-oknum yang mengaku sebagai wartawan yang datang meminta uang Rp. 1,5 juta dan Rp. 2,5 juta itu adalah merupakan orang yang sama.

Tak lama berselang usai kejadian yang meminta uang untuk yang kedua kalinya itu, datang lagi oknum yang mengaku sebagai wartawan dengan modus yang sama, yakni mempertanyakan masalah yang telah dianggap selesai dan telah berdamai itu.

Akhirnya, karena sudah merasa tidak nyaman dengan situasi dan kondisi tersebut, akhirnya H. Kamal Lubis memintai pendapat dan mengeluhkan persoalan tersebut kepada Ketua DPRD Tapteng Khairul Kiyedi Pasaribu.

“Saya kemudian meminta pendapat dari Ketua DPRD Tapteng, Bapak Khairul Kiyedi Pasaribu. Wajar saya mengadu ke Wakil Rakyat, apalagi bapak itu berasal dari daerah kami. Saat itu saya mengadu melalui telepon, jawaban dari Pak Khairul Kiyedi mengatakan, tunggu saya kembali dari Medan, Bapak jangan dulu berpikir macam macam dan khawatir, apalagi kondisi bapak dan ibu sedang sakit. Insya Allah kita cari solusi yang terbaik, apalagi ke dua belah pihak kan sudah damai. Itulah jawaban dari Pak Ketua DPRD Tapteng. Itulah sebabnya saat para oknum yang mengaku sebagai wartawan itu datang pada hari Sabtu tanggal 4 Juni 2022 itu, saya langsung sambungkan kepada Bapak Ketua DPRD,” ungkapnya.

“Jadi tidak benar Bapak Khairul Kiyedi Pasaribu itu melindungi, seperti yang dituduhkan dan dituliskan didalam salah satu pemberitaan media online itu. Bapak itu pun baru tahu masalah ini setelah saya hubungi karena kembali didatangi oleh oknum-oknum yang juga mengaku kepada kami sebagai wartawan,” pungkas Kamal Lubis. (red)