TAPANULIPOST.com – Dunia kini dikejutkan oleh penampakan virus zombie. Sebuah tim peneliti dari Rusia, Jerman, dan Prancis baru-baru ini mempelajari virus yang berasal dari permafrost di Siberia, Rusia. Permafrost adalah tanah beku yang suhunya di bawah 0 derajat Celcius selama bertahun-tahun.

Berdasarkan studi yang diterbitkan dalam jurnal BioRxiv, para peneliti “menghidupkan kembali” dan mengelompokkan 13 patogen berusia lebih dari 48.500 tahun, yang disebut “virus zombie”. Ilmuwan juga mengatakan virus masih bisa menular setelah terkunci di dalam es selama ribuan tahun.

Dari gambar di atas terlihat bahwa gambar viral telah ditemukan. Panel A berukuran besar, 1.000 nm (nanometer), partikel virus Pandora ovoid dengan ostiole apikal yang berbeda (panah putih). Panel B adalah campuran partikel Pandoravirus dan partikel Megavirus icosahedron dan menunjukkan “stargate” (struktur seperti bintang putih yang memahkotai ujungnya, panah putih).

Kemudian di C terdapat partikel Cedratvirus memanjang (panjang 1500 nm) dengan dua struktur mirip gabus di bagian atas (panah putih). Panel D adalah partikel memanjang (panjang 1900 nm) dari pitovirus dengan struktur mirip tutup tunggal (panah putih). Panel E menunjukkan partikel megavirus icosahedral besar (berdiameter 770 nm) “berbulu” dengan “stargate” (panah putih) yang menonjol. Terakhir, panel F adalah karakteristik partikel ikosahedron (berdiameter 200 nm) yang lebih kecil dari Asfarvirus/Pacmanvirus.

Selain itu, para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa lapisan es yang mencair akibat pemanasan global memperburuk perubahan iklim dengan melepaskan gas rumah kaca yang sebelumnya terperangkap seperti metana. Namun, pengaruhnya terhadap patogen yang tidak aktif kurang diketahui.

Kebangkitan kembali virus ini, demikian para ilmuwan menyebutnya, bertujuan untuk mempelajari kemungkinan keganasan yang mungkin muncul di masa depan akibat pemanasan global. Dalam studi mereka, para peneliti menemukan bahwa semua virus yang diekstraksi dari permukaan dingin pencairan Siberia berbeda dalam genomnya dari semua virus yang ada yang diketahui.

“Permafrost kuno kemungkinan akan melepaskan virus yang tidak diketahui ini saat dicairkan,” tulis para peneliti.

“Berapa lama virus ini dapat tetap menular setelah terpapar di luar ruangan, dan seberapa besar kemungkinan mereka bertemu dan menginfeksi inang yang cocok selama waktu itu, belum diketahui,” pungkasnya.