“Tentu disana akan ada potensi besar berkembangnya industri perikanan nantinya. Sehingga lewat kerja sama ini nantinya, toke-toke (Pemodal/Pengusaha) atau investor asal Sibolga dan Tapteng juga bisa masuk kesana dan itu sangat baik sekali,” ujar Hendra.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Sibolga, Jamil Zeb Tumori, menyampaikan apresiasi atas kedatangan rombongan Komisi B DPRK Abdya dalam rangka mendorong rencana kerja sama antara Pemkab Abdya dengan Pemko Sibolga lewat penandatanganan MoU di sektor perikanan.

Menurutnya, kedatangan rombongan anggota DPRK Abdya ke Kota Sibolga ini merupakan bentuk komunikasi politik dan keseriusan Komisi II DPRD Sibolga yang membidangi perikanan untuk mensejahterakan rakyat Kota Sibolga. Karena secara geografis Kabupaten Abdya juga terkenal unggul di sektor perikanan.

“Mudah-mudahan dengan adanya kerja sama lewat rencana penandatanganan MoU antara Sibolga dan Abdya pada 28 November 2019 ini, akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Sibolga dan membuka lapangan kerja. Mari kita sama mendukung kegiatan kerja sama ini,” ujar Jamil.

Jamil mengakui, dalam kerja sama ini nantinya akan ada jaminan konstitusi dan saling menguntungkan antar daerah.

Selain itu, jelas Jamil, dengan dilakukannya MoU tersebut, tidak akan ada lagi penangkapan kapal asal Aceh di Sibolga atau sebaliknya, disebabkan masalah ijin dan regulasi lainnya.

Sebab, menurut Jamil, dasar hukumnya lewat penandatanganan MoU tersebut sudah ada dan akan diperkuat nantinya lewat pembuatan regulasi daerah.

“Selama ini berdasarkan ketentuan, kapal-kapal asal Aceh tidak boleh bongkar di Kota Sibolga serta sebaliknya. Sebab berdasarkan ketentuan itu, bongkar muat baru bisa dilakukan dari daerah asal dimana kapal tersebut berangkat. Maka itu, kita berharap ini berhasil. Karena dari pantauan kita, ekonomi Sibolga nantinya akan berjalan antara Rp600-700 miliar per tahun,” tukasnya.

Jun Akmar, pengurus tangkahan AR Rasyid mengakui hal itu. Dalam satu bulan, kapal-kapal ikan asal Aceh mampu membongkar muatan ikan kurang lebih 100 Ton per bulannya. Hal tersebut sesuai aktivitas sandar dan bongkar muat kapal-kapal asal Aceh selama empat bulan yang telah berlangsung di tangkahan AR Rasyid.

“Dari 100 ton muatan ikan ini, itu bisa memberikan kontribusi bagi daerah sekitar 20 persen. Belum lagi geliat ekonomi yang terjadi,” ungkapnya. (red)