TAPANULIPOST.com – Upaya kudeta di Ibu Kota Sudan, Khartoum, telah memicu pertempuran yang menewaskan puluhan orang. Pada Sabtu (15/4), terjadi pertempuran antara tentara Sudan dan paramiliter Rapid Support Forces (RSF), di mana paramiliter mengklaim telah menguasai istana kepresidenan, bandara Khartoum, dan fasilitas penting lainnya.

Namun, klaim ini dibantah oleh pihak militer Sudan. Ledakan dan tembakan terdengar di jalan-jalan, dan warga setempat melaporkan bahwa mereka belum pernah melihat yang seperti ini.

Menurut Persatuan Dokter Sudan, peristiwa tersebut menewaskan 56 orang dan melukai 595 orang lainnya. Korban tewas terdiri dari tentara dan warga sipil, sementara puluhan personel militer juga tewas, meskipun jumlahnya tidak spesifik karena kurangnya informasi langsung dari banyak rumah sakit.

Kementerian Luar Negeri Indonesia memastikan bahwa tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam peristiwa tersebut. Namun, situasi tetap sangat tegang, dan KBRI Khartoum-Sudan terus memantau situasi dan memberikan imbauan ke masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan.

Baku tembak ini diduga disebabkan oleh perbedaan pendapat antara militer dan RSF terkait proses reformasi sektor keamanan dan integrasi RSF ke dalam militer Sudan, sebagai bagian dari proses politik yang sedang berlangsung saat ini. Konflik ini menunjukkan situasi politik yang semakin tidak stabil di Sudan dan berpotensi menimbulkan ancaman bagi keamanan warga sipil.