SIBOLGA, TAPANULIPOST.com – Tingginya harga garam akhir-akhir ini membuat pengusaha perebusan ikan di Kota Sibolga menjerit. Bagaimana tidak, selama ini mereka membeli garam hanya Rp.80-90ribu/sak ukuran 50kg. Tapi kini harga garam terus menanjak naik hingga tembus Rp.328ribu/sak.

Salah satu distributor garam di Kota Sibolga, Toko Asia Raya yang beralamat di Jalan Suparman Kota Sibolga menyebutkan, harga garam 1 sak ukuran 50 kg, dengan plastik warna biru dijual dengan harga Rp325ribu. Sedangkan garam yang plastiknya warna putih Rp328/sak.

Menurutnya, kenaikan harga tersebut sudah terjadi sejak pasca lebaran kemarin. Dan hari ini adalah harga yang tertinggi Rp328ribu.

Menurut informasi dari pihak Distributor garam di Kota Sibolga ini, mahalnya harga garam diakibatkan petani garam di Madura mengalami gagal panen. Selain itu juga dipengaruhi garam dari India tidak masuk.

Baca juga : Mobil Tangki Biru Angkut BBM ke APMS Buka Peluang Bagi Mafia BBM

Sejumlah pengusaha perebusan ikan yang dijumpai di Kota Sibolga mengaku menjerit akibat kenaikan harga garam tersebut. Diakui mereka, jika harga garam tidak segera turun, maka usaha mereka dipastikan tutup.

“Kami sudah mengurangi produksi perebusan ikan akibat mahalnya harga garam ini. Yang membuat kami pusing, garam naik selangit namun harga ikan justru anjlok. Jadi tidak sebanding lagi pengeluaran dengan pemasukan. Untuk itu kami meminta kepada pemerintah pusat agar segera mencari solusi mengatasi harga garam ini,” keluh Mulyadi.

Perebus ikan yang ada di Hajoran juga turut merasakan hal serupa. Menurut pengakuan ibu Nelly (36), pemilik perebusan ikan ini, usaha perebusan ikannya nyaris gulung tikar akibat tingginya harga garam saat ini.

Baca juga : Harga Garam Naik, Perebus Ikan di Tapteng Terancam Gulung Tikar

Nelly mengungkapkannya, awalnya mereka membeli garam 1 sak ukuran 50kg hanya seharga Rp80.000. Namun tiba-tiba naik menjadi Rp200.000/sak, dan untuk hari ini, harganya sudah naik menjadi Rp275.000/saknya.

Akibat naiknya harga garam tersebut, mereka terpaksa mengurangi pembelian garam menjadi 2-3sak/hari. Padahal sebelumnya mereka sanggup membeli sampai 30-40 sak.

“Habis mau bilang apalagi, memang harga garamnya membunuh kami para perebus ikan ini. Bayangkan saja, setiap hari mengalami kenaikan Rp20.000-30.000. Belum tahu lagi besok berapa harganya,” keluhnya.

Baca juga : Bukan Cuma jaringan TV Kabel, Ternyata Kabel Telkom Juga Numpang di Tiang PLN

Nelly, wanita yang sudah menggeluti usaha pengerebusan ikan selama puluhan tahun ini meminta pemerintah dapat mengambil langkah cepat agar harga garam bisa normal kembali.

“Kami minta kepada pak Presiden Jokowi, tolong perhatikan kami pak para perebus ikan dan nelayan ini. Karena bapak Presiden sudah pernah ke Tapteng ini, dan melihat bagaimana kondisi kami masyarakat Tapteng. Dan jika harga garam ini terus naik, maka kami akan bangkrut pak, dan anak-anak kami akan terlantar,” pinta Nelly. (red)