TAPANULIPOST.com – Pada Senin kemarin, lebih dari 180 warga Rohingya tiba di pesisir pantai Peureulak, Aceh. Sejak November lalu, sudah lebih dari seribu warga Rohingya yang tiba di Indonesia.

Ali Hussein, salah satu pengungsi, mengatakan kepada kantor berita AP jika mereka berangkat dari Bangladesh dan ditinggalkan begitu saja dalam keadaan gelap saat sampai di tepi perairan.

Juru bicara polisi mengatakan kepada kantor berita Reuters jika 184 warga Rohingya yang tiba di Aceh Timur semuanya dalam “kondisi kesehatan yang baik”. Belum diketahui berapa banyak perahu yang digunakan oleh para pengungsi tersebut.

Menurut Miftah Cut Ade, salah seorang anggota komunitas nelayan di Aceh, di antara pengungsi yang datang terdapat 90 perempuan dan anak-anak, yang tiba sekitar pukul 3.30 dini hari kemarin.

Advertisements

Selama beberapa tahun terakhir, banyak warga Rohingya yang menggunakan perahu yang tidak layak untuk mencapai negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, dan Indonesia, terutama antara bulan November dan April saat gelombang laut lebih tenang.

Namun, tidak diketahui berapa banyak dari mereka yang meninggal di lautan karena sakit, kelaparan, atau kelelahan.

Ketua DPRK Aceh Timur Fattah Fikri meminta agar UNHCR, badan di PBB yang membawahi masalah pengungsi, untuk segera membantu penanganan pengungsi yang baru tiba kemarin. Menurutnya, sekarang ini para pengungsi ditampung di sebuah kompleks masjid, sementara warga sedang menjalani rangkaian ibadah di bulan Ramadan serta biaya yang terbatas.

Menurut Kementerian Luar Negeri Indonesia, sebanyak 918 warga Rohingya tiba di Aceh sejak bulan November lalu, setelah melakukan perjalanan dari Teluk Bengal dan Laut Andaman. Sementara di tahun 2021, mereka yang datang ke Indonesia hanya 180 orang. Hampir satu juta warga Rohingya hidup di kamp pengungsian yang penuh sesak di Bangladesh. Beberapa dari mereka melarikan diri dari serangan militer Myanmar pada tahun 2017, namun militer Myanmar membantah jika pihaknya melakukan kejahatan kemanusiaan.

Menurut UNHCR, tahun 2022 menjadi tahun yang paling mematikan di lautan lepas. Mereka yang tiba di Aceh hanyalah sebagian kecil dari para pengungsi Rohingya yang selamat. Sehubungan dengan itu, UNHCR juga diminta untuk membantu menangani para pengungsi yang baru tiba di Indonesia.