TAPTENG, TAPANULIPOST.com – Proyek pengaspalan lapisan penetrasi (Lapen) jalan di samping kantor Pertanian Tapteng di Kecamatan Pandan, disinyalir dikerjakan asal jadi. Kondisi jalan yang baru selesai dikerjakan sudah sangat memprihatinkan, batu krikil mudah lepas. Pihak rekanan diduga mengerjakan lapen tanpa mengikuti acuan spek.
Sekretaris LSM Pedang Keadilan Perjuangan Tapanuli Tengah, Syahril Kamar Tanjung mengatakan, pekerjaan rekanan yang kurang profesional bisa membuat mutu dan kualitas pekerjaan diragukan. Apalagi jika pihak rekanan hanya mementingkan keuntungan semata, tanpa memikir hasil dari pekerjaan.
Seperti yang terjadi pada proyek pengaspalan lapisan penetrasi (Lapen) Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provsu di Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah. Hampir semua pengaspalan jalan yang dikerjakan pihak kontraktor terkesan asal jadi karena tanpa pengawasan dari pihak dinas terkait. Sehingga dalam pelaksanaannya terindikasi mengurangi volume pekerjaan.
“Hal itu melihat kondisi pekerjaan sekarang yang memprihatinkan. Batu krikil mudah terkelupas meski dipegang dengan tangan. Disini dapat dibuktikan bahwa pekerjaan tersebut sudah terjadi penyimpangan,” kata Syahril Kamar kepada TAPANULIPOST.com usai meninjau Proyek pengaspalan lapisan penetrasi (Lapen) jalan di samping kantor Pertanian Tapteng, Sabtu (17/9).
Menurutnya, rekanan disinyalir mengurangi volume pekerjaan dari material aspal, karena dalam pekerjaan Lapen seharusnya aspal ditabur dua lapis. Tapi pada pekerjaan tersebut aspal hanya ditabur satu lapis.
“Kalau dilihat dari segi perbandingan harga cukup menguntungkan rekanan, karena satu lapis aspal diduga “disunat” supaya banyak untungnya. Kita minta penegak hukum segera bertindak menyelamatkan uang negara. Kita juga akan segera melaporkan dugaan korupsi ini ke penegak hukum,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, spesifikasi jalan Lapen yang dikerjakan rekanan hanya memakai batu pecah ukuran 5/3, diatasnya diberi plingkut dan langsung diaspal serta diberi pasir yang tebal.
“Jadi pekerjaan ini diduga makadamnya tidak dikunci dan aspal hanya satu lapis. Parahnya, pekerjaan ini juga terindikasi tidak ada melakukan uji kepadatan. Alhasil setelah pekerjaan selesai jalan jadi bergelombang dan mudah terkelupas,” ungkap Syahril.
Menurut Syahril, sejatinya pekerjaan Lapen harus ada penghamparan batu pecah ukuran 3/4-5/2 untuk Lapisan Pondasi Bawah, baru diberi plingkut. Setelah itu ditabur 3/5 dan dikunci dengan 2/3, baru ditabur aspal lapis pertama. Kemudian, diatasnya ditabur batu pecah ukuran ½ (mata ikan) dan diberi aspal lapis kedua, baru ditaburkan pasir diatasnya.
“Seperti itu proses yang seharusnya. Namun pada pekerjaan itu, pihak rekanan diduga tidak melakukan proses yang benar, sehingga mutu dan kualitas pekerjaan diperkirakan tidak akan bertahan lama,” paparnya.
Pantauan, Sabtu (1/6) di lokasi pekerjaan, pengaspalan lapen jalan disamping kantor Dinas Pertanian Tapteng tersebut terkesan dikerjakan asal jadi. Bahkan plang proyek sebagai identitas pekerjaan tidak ada dipasang dilokasi proyek. (red)
Tinggalkan Balasan