TAPTENG, TAPANULIPOST – Drama prosesi penyaliban‎ Yesus pada acara perayaan Paskah Oikumene Kabupaten Tapanuli Tengah yang digelar di Lapangan Bola Pandan, Selasa (9/5), bikin bulu kuduk merinding dan berurai air mata. Banyak jemaat yang menangis.

‎Pementasan penyaliban Yesus yang ditampilkan Orang Muda Katolik (OMK) Paroki St Yosef Pandan cukup menyentuh hati dan jiwa. Mengingatkan kita betapa sengsaranya Yesus untuk menanggung dosa-dosa manusia.

Drama pementasan wafat Yesus Kristus pada perayaan Paskah Oikumene Kabupaten Tapanuli Tengah 2017 ini menampilkan sepenggal kisah sengsara Yesus, mulai dari penangkapan hingga penyaliban.‎

Para pemain drama beraksi di lapangan bola Pandan yang sudah ditata sedemikian rupa, yang digambarkan sebagai Taman Getsemani atau taman di kaki bukit Zaitun, Yerusalem, yang dipercaya sebagai tempat Yesus berdoa yang terakhir kalinya sebelum disalibkan.‎

Baca juga : Perayaan Paskah Oikumene Kabupaten Tapanuli Tengah 2017

Saat itu juga ditampilkan sejumlah adegan, mulai dari penangkapan Yesus oleh algojo, dilanjutkan proses persidangan hingga pemikulan salib.

Drama pementasan itu diiringi musik dan lagu yang membuat suasana pilu menyayat hati melihat derita sengsara yang dialami Yesus.

Ratusan umat yang hadir mengikuti dengan seksama setiap langkah adegan Yesus dan seolah-olah terlibat langsung dalam alur cerita yang ditampilkan.

Isak tangis umat mulai pecah – terutama dari kalangan umat lanjut usia –  ketika cerita masuk pada adegan Yesus dicambuk, dipukuli para prajurit algojo dan diarak menuju lokasi penyaliban.

Sepanjang perjalanan mengelilingi lapangan menuju lokasi penyaliban, pemeran Yesus jatuh bangun memanggul salib kayu berukuran cukup besar, diiringi tangisan para pemain.‎

Meski drama penyaliban Yesus selalu dilakukan pada perayaan Paskah tiap tahunnya, namun tidak sedikit jemaat yang menangis menyaksikan siksaan yang dialami Yesus pada drama penyaliban di perayaan Paskah Oikumene Tapteng.‎

Bahkan ada juga yang melempar para Algojo dengan batu dan botol air mineral, karena geram melihat Algojo menyiksa Yesus dengan cambuk, dipukuli dan ditendang.

Anggota OMK, Henri Sihotang (25), yang mengambil peran sebagai Yesus mengaku mendapatkan rahmat dan kekuatan setelah menjalani proses jalan salib.

“Saya tadi lelah sekali, tetapi saya selalu meresapi, dan kekuatan menghapiri saya. Muzijat itu nyata. Apalagi saat saya memerankan Yesus sedang berdoa sebelum diserahkan kepada algojo, saya merinding, kulit saya seakan menebal, sungguh luar biasa,” ungkapnya.

‎Henri mengaku, mengambil peran sebagai Yesus ternyata bukan saja hanya sebatas adegan. Namun, dia betul-betul merasakan bagaimana penderitaan Yesus menanggung dosa manusia.

“Saya benar-benar meresapi bagaimana penderitaan Yesus untuk menebus dosa manusia. Belum seberapa siksaan dan lelah yang saya alami ketika memerankan Yesus yang disiksa, dicambuk, ditendang, terjatuh ditimpa kayu salib yanag berat, ucap Henri.

Kata Henri lagi, sebagai manusia biasa yang penuh dosa, dia menyadari apa yang telah diperbuatnya. Namun, tetap berpengharapan dan ada jalan yang diberikan Tuhan.

“Saya rasa, walaupun banyak dosa, bila kita berpengharapan pasti ada pengampunan. Tuhan itu maha baik, pasti ada jalan yang diberikan. Bahkan dia menebus dosa kita,” ujarnya.

Henri berpesan kepada Umat Katolik, khususnya Umat Gereja Paroki St Yosef Pandan, agar dapat merayakan Paskah tersebut dengan hikmat. Serta penuh penyesalan dosa, terutama kepada kaum muda lebih dapat berpartisipasi dalam mengambil peran pelayanan.‎

Sementara itu, Ketua OMK Paroki St Yosef Pandan, Petrus Gulo mengungkapkan, persiapan dan latihan drama penyaliban Yesus ini dilakukan selama 2 minggu.

“ Tiap tahun kami memang tampilkan drama penyaliban‎ di Paroki St Yosef Pandan. Namun di Perayaan Paskah Oikumene Tapteng kali ini dramanya agak sedikit berbeda, karena dramanya dengan lipsting, ada rekaman suara. Tapi memang kami tidak mengalami kendala,” ungkap Petrus. (red)